Makam Belanda Di Kabupaten Klaten
Makam Belanda (Kerkhof), adalah istilah nama makam area masyarakat Eropa yang pernah menjajah di Indonesia selama kurang lebih 350 tahun (walaupun masih ada pertentangan) selain istilah makam pecinan yang dihuni oleh orang-orang China. Indonesia pernah dijajah oleh Belanda dengan durasi yang cukup lama, sehingga banyak masyarakat Belanda yang beranakpinak di Indonesia dan banyak juga yang akhir hidupnya di makamkan di Indonesia.
Di Jawa Tengah Selatan (eks Mataram Islam), Belanda
telah menjalin komunikasi dengan masyarakat setempat dengan sangat intens, hal
itu mengingat hubungan antara pemerintah Belanda dengan Kasultanan Yogyakarta
dan Kasunanan Surakarta yang begitu penting khususnya sebagai wilayah vorstenlanden
(daerah istimewa pada masa kedudukan Belanda).
Pasca perang Jawa yang memakan waktu lima tahun
(1825-1830), telah banyak memakan 15.000 pasukan belanda dan 8.000 pasukan Diponegoro
membuat wiayah eks Mataram Islam ini mejadi wilayah-wilayahnya yang sepi
mencekam dan membuat krisis social ekonomi dan politik menjadi sangat tidak
terkendali.
Kemelut krisis sosia ekonomi dan politik yang
runyam juga berdampak terhadap kemacetan perkembangan teknologi industry yang
akan dimasukkan di Hindia Belanda (Indonesia nama sekarang), walaupun pada abad
ke-19 masih dalam masa revolusi industry yang terjadi di Eropa sejak 1760. Proses
revolusi industry di Hindia Belanda baru berkembang sejak tahun 1860 setelah 30
tahun merenovasi tatanan Jawa yang sedang kacau pasca perang Jawa.
Perkembangan yang paling menonjol adalah proses
pendirian pabrik gula di beberapa wilayah di Jawa dan yang paling banyak adalah
di Kabupaten Klaten. Perkembangan dari proyek pabrik gula juga tidak lepas dari
proses perpanjangan kerja rodi yang diterapkan oleh Belanda di Hindia Belanda untuk
meraup keuntungan banyak dan mengembalikan modal perang (perang Jawa) yang dianggap
merugikan Belanda yang mencapai taksiran 20 juta gulden.
Kurang lebih ada 10 pabrik gula yang berkembang
di Kabupaten Klaten dan salah satunya adalah PG Tjepper yang ada di Kecamatan
Ceper Kabupaten Klaten. Pada masa operasionalnya, PG Tjepper membutuhkan banyak
tenaga kerja yang banyak dan juga para mandor yang banyak untuk menjaga
perkebunan tebu yang sudah tersebar luas di Klaten (hamper mayoritas pertanian
di Klaten adalah tebu). Para mandor perkebunan tebu hamper mayoritas adalah masyarakat
Belanda dan oleh karena itu pihak pemerintah Belanda juga memberikan fasilitas
kepada para ambtenarnya berupa rumah dinas dan lain sebagainya.
Para mandor tebu tersebut banyak yang sampai
akhir hidupnya dimakamkan di Dusun Pason, Desa Ceper, Kecamatan Ceper,
Kabupaten Klaten. Hal itu juga diimbangi dengan penemuan beberapa makam Belanda
(Kerkhof) yang ada di wilayah ini seperti :
1.
Adoplh
B Andreas Goboren.
2.
Hier
Rujt A rend Alexander Portie.
NB :
Makam makam Kerkhof di Klaten sejatinya masih
banyak namun sejauh ini yang paling banyak di temukan baru di PG Tjepper.
Makam Belanda Kerkhof Ceper Klaten
Comments
Post a Comment