Masalah Nasional Era Industrialisasi

 

Peran Intelektual Muslim Dalam Masalah Nasional

 


            Sudah hampir 1 abad Indonesia merdeka namun pasca kemerdekaannya masalah-masalah nasional tidak pernah benar-benar selesai dan teratasi dengan baik. Walaupun seorang intelektual muslim seperti kyai atau seorang guru agama sudah ada sejak lama, tetap saja problem nasional khususnya social tetaplah masih ada dan cenderung semakin banyak. Berperan sebagai seorang cedikiawan muslim itu tidak mudah khususnya di era industrialisasi seperti saat ini. Menjadi seorang intelektual muslim masih memiliki beberapa tantangan ekternal baik itu di tingkat nasional maupun global, (1). Industrialisasi, (2). Demokratisasi, (3). Pluralisasi.

1.      Industrialisasi.

Pada era indutri seperti saat ini selain berkembang akan berbagai teknologi yang memudahkan semua urusa manusia juga meninggalkan banyak hal pelanggaran yang disebabkan oleh sifat rakus dan sifat buruk lainnya. Era industrialisasi pada akhirnya melahirkan sebuah kesenjangan social, kemiskinan, kelaparan, gizi buruk, kejahatan dan intiya adalah memperburuk hubugan atara kaum kelas bawah dan kelas atas (Burjouis dan proletary) tanpa ada seuah siklus social yang bai kantar keduanya. Pada era ini hukum agama tidak dijadikan sebagai landasan negara, sehingga dalam menangani berbagai kasus persoalan perlu yang namanya sebuah advokasi untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Bila mengacu pada abad ke-19 yang mana para ulama atau kiyai dapat mempunyai hak untuk mengatur dan membela masyarakatnya di mata hukum yang berlaku saat itu, namun era sekarang adalah era yang berbeda sehingga peran para ulama’ atau kiyai lebih kepada para penggerak dakwah (syiar Islam) ke berbagai masyarakat dengan damai seperti NU, Muhammadiyah dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam era seperti ini untuk urusan hukum dan pidana diserahkan kepada para advokasi, tidak lagi kepada para ulama atau kiyai seperti sebelum abad ke-20 silam.

2.      Demokratisasi.

System demokratisasi secara sederhana adalah sebuah pandangan politik yang memberikan kebebasan kepada semua masyarakat untuk memilih dan ingin seperti apa, dengan memperhatikan hak dan kewajibannya. Demokratisasi bukanlah sebuah pandangan politik praktis saja, melainkan juga urusan dakwah juga. Pandangan politik seperti ini juga melahirkan ketimpangan social yang sangat jauh dan juga melahirkan konflik social bila tidak ditangani dengan landasan hukum yang benar-benar adil dan mensejahterakan, fenomena yang ada kebanyakan pandangan politik demokratisasi semacam ini melahirkan sebuah lingkar setan seperti yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Selain itu, sering kali era demokratisasi juga melahirkan sebuah pemimpin yang kurang cakap dan mudah dijadikan lahan untuk monopolisasi oleh kaum-kaum kaya. Oleh karena itu, pada era demokratisasi diperlukan sebuah dakwah kepada semua kalangan untuk memberikan sebuah pemahan yang baik selain pemahaman agama saja.

3.      Pluralisasi.

Indonesia adalah sebuah negara yang sangat bermajemuk dan pluralis, namun walau begitu pasti ada yang Namanya mayoritas dan minoritas dalam sebuah tatanan social apapun itu bentuknya. Secara tidak sadar, masyarakat Indonesia sudah banyak yang mengalami polarisasi, khusunya antara yang mayoritas dan minoritas. Di tingkat nasional Maupin global, para minoritas dianggap sebagai kalangan yang sudah mapan dan semakin kuat. Hal itu juga sering kali melahirkan Tindakan kesewenangan, kecemburuan dan kesombongan bagi kalangan minoritas. Namun bagi kalangan mayoritas, sejatinya mereka adalah kaum yang dhuafa dan belum bisa dikatan sebagai kalangan yang mapan atau kuat, justru di kalangan mayoritas malah terjadi polarisasi sehingga terkadang mereka menjadi agak agresif terhadap kaum minoritas yang dianggap telah mapan dan kuat. Oleh karena itu, para pejabat diharapkan dapat menghasilkan sebuah system dan penegakan hukum yang melahirkan keadilan dan kesejahteraan bagi semua masyarakatnya. Selain itu, perlu diadakannya tempat diskusi atau semacamnya untuk menghilangkan rasa curiga anatar kalangan social yang sedang berseteru.

Tantangan Global.

1.      Ekologi.

Era modern telah banyak meahirkan banyak teknologi yang memudahkan hampir semua ekerjaan manusia, baik itu dari alat rumah tangga, komnikasi, transportasi dan masih banyak lagi. Dalam perkembangannya tersebut, nyatanya juga menyisakan banyak prolematika bagi kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan. Sudah cukup banyak LSM, komunitas atau semaamnya yang bergerak untuk menyuarakan kebersihan lingkungan dan menjaga kelestarian lingkungan, namun hal itu masih dianggap sepele oleh sebagain orang. Selain karena kurangnya penidikan, pemahaman dan kesadaran akan ekologi, nampaknya tidak hanya kejahatan lingkungan yang sering dilakukan oleh orang-orang seperti penebang liar atau perburuan liar tapi juga kebijakan-kebijakan pemerintah yang berpihak pada pembisnis atau yang tidak berpihak pada lingkungan juga seringkali melanggar AMDAL. Bila hal itu terus dilakukan juga akan berpengaruh terhadap kehidupan umat manusia baik itu banjir, longsor, penyakit, krisis pangan, krisis lingkungan atau ragsangan siar ultraviolet yang disebabkan oleh menipisnya lapisan ozon.

Megkampanyekan Gerakan lingkungan sudah sering kita dengar di laman social media atau beberapa instansi pemerintah, namun hal itu juga tidak cukup bila peraturan perundang-undangan yang terkait dengan ekologi tidak benar-benar ditegakkan. Oleh karena itu semua kalangan masyarakat khususnya para tokoh masyarakat perlu untuk menyuarakan dan mencontohi akan pentingnya kepedulian ekologi demi terciptanya lingkungan yang sehat dan layak huni.

 

2.      Liberalisasi.

Tantangan social yang saat ini terjadi seringkali disebabkan oleh kurangnya kesadaran, lemahnya pengakan hukum dan kebijakan yang tumpeng tindih. Problem seperti itu juga melahirkan korupsi, kriminalisasi social, kemiskinan, pembodohan dan problem social lainnya. System liberalisasi banyak sekali tumbuh di negara-negara yang menganut demokrasi, sehingga system liberalisasi menjadi kontra dengan faham keagamaan dan faham lainnya khususnya yang menganut kultul social.

Comments

  1. Mantap...semangat hu
    Smg banyak pengunjung

    ReplyDelete
  2. Ilmu agama nyatanya sejauh ini belum ampuh untuk menangkal sifat² duniawi manusia. Sifat korupsi, serakah, mau menang sendiri, emosi, iri dengki dll.

    Yang ada agama malah jadi bibit perpecahan, karena pemahaman agamanya cenderung sempit.

    Yang salah bukan liberalisasi, tapi instrumen yang harusnya berperan menjadi 'obat' atau 'penetral' malah menjadi kontradiktif.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts

Max Havelar

Murudeka